Sabtu, 23 April 2011

Pilah-Pilih Obat Alergi
Apakah anak Anda kerap bersin di pagi hari? Atau kulitnya mengalami biduran? Keduanya bisa jadi merupakan gejala alergi si kecil. Jangan mengobati sendiri gejala alergi. Konsultasikan dahulu dengan dokter Anda. Jangan sampai alergi si kecil hilang, namun efek samping obatnya menghinggapi.

Prinsip utama menangani penyakit alergi adalah menghindari hal-hal yang dapat mencetuskan alergi. Jika menghindari alergen tidak memungkinkan atau gejala sudah timbul, maka si kecil perlu mengonsumsi obat antialergi.

Terdapat banyak jenis antialergi. Salah satunya yang perlu Anda kenali adalah golongan antihistamin dan kortikosteroid. Kedua jenis obat inilah yang paling sering digunakan dan diresepkan oleh dokter.

  • Antihistamin

    Pelepasan histamin oleh sel tubuh yang terangsang oleh alergen merupakan alasan di balik timbulnya gejala alergi, seperti hidung berair, kulit gatal dan kemerahan, ataupun sesak napas. Oleh karena itulah, dokter sering meresepkan golongan antihistamin untuk meredakan gejala alergi.

    Antihistamin terdiri dari enam kelas yang masing-masing memiliki kharakteristik berbeda. Namun untuk mempersingkat, antihistamin yang beredar luas di pasaran kerap dibedakan menjadi generasi pertama dan kedua. Generasi pertama memiliki keterikatan kuat dengan lemak sehingga obat ini dapat melintasi sawar darah-otak dan menyebabkan penekanan sistem saraf pusat. Dengan bahasa yang lebih mudah, obat generasi pertama ini dapat menyebabkan kantuk. Contoh obat golongan ini yang digunakan luas adalah clorpheniramine. Selain kantuk, bila dosis terlalu tinggi, generasi pertama ini dapat menyebabkan gejala toksisitas yang lebih berat dibandingkan generasi kedua.

    Efek sedasi yang kadang tidak disenangi ini mendorong peneliti untuk menemukan antihistamin generasi kedua. Obat jenis ini tidak menyebabkan kantuk, atau setidaknya efek tersebut lebih sedikit dibandingkan jenis kedua. Contoh antihistamin generasi kedua adalah loratadine, desloratadine, cetirizine, dan fexofenadine.

    Pemilihan generasi pertama dan kedua tentu disesuaikan dengan kebutuhan. Jika si kecil dianggap memerlukan efek sedasi, tentu generasi pertama yang diberikan. Sebaliknya, jika ingin menghindari efek sedasi, maka generasi kedua yang menjadi pilihan.

    Antihistamin yang diberikan dalam bentuk tablet umumnya dapat diserap oleh saluran cerna dengan baik dan mencapai efek konsentrasi tertinggi dalam serum dalam waktu singkat yaitu 2 jam. Antihistamin dapat berinteraksi dengan beberapa jenis antibiotik. Oleh karena itu, penggunaan antihistamin untuk si kecil perlu dikonsultasikan dengan dokter Anda.
  • Kortikosteroid

    Golongan kortikosteroid merupakan obat pilihan untuk penyakit alergi, terutama jika bermanifestasi berat. Namun, obat ini tidak boleh digunakan tanpa konsultasi dengan dokter mengingat efek sampingnya yang luas jika dikonsumsi dalam dosis yang tidak tepat atau dalam jangka waktu lama.

    Misalnya saja, jika si kecil menyandang asma yang tak bisa terkontrol dengan obat pelega (reliever), maka dokter akan meresepkan golongan kortikosteroid sebagai obat pengendali (controller). Jika serangan tidak terlalu sering, maka controller dapat diberikan dalam bentuk inhalasi. Dalam bentuk inhalasi, dosis obat yang diberikan sangat kecil dan bekerja lokal hanya di saluran napas. Namun jika serangan dinilai berat, maka kortikosteroid dalam bentuk tabletlah yang akan diberikan. Dalam bentuk tablet, dosis kortikosteroid tentu lebih besar dan bekerja sistemik ke seluruh tubuh.

    Efek samping obat ini jika dikonsumsi dalam dosis tinggi yang tidak sesuai indikasi atau dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan pengeroposan tulang dan luka di lambung. Nah oleh karena itu, selalu diskusikan dengan dokter Anda mengenai pemilihan kortikosteroid. Jangan membelinya sendiri walaupun saat ini Anda dapat dengan mudah mendapatkan golongan ini di apotek atau toko obat.

Walaupun kedua jenis obat antialergi di atas dapat diandalkan untuk mengatasi gejala alergi si kecil, namun jangan lupa bahwa kunci mengatasi alergi adalah menghindari pencetus. Carilah pencetus alergi si kecil agar gejala alerginya tidak berulang dan dapat diatasi sampai tuntas.



Referensi:

1. Atkins D, Leung DYM. Principles of treatment of allergic disease. In: Nelson textbook of pediatrics. 18th ed. Saunders 2007.
2. H1-antihistamine toxicity and fatality. Adkinson: Middleton's Allergy: Principles and Practice, 7th ed. Mosby 2008.
http://inspirasisehat.com/iliadin-healthy-guides/323-pilah-pilih-obat-alergi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar