Jumat, 18 Maret 2011

Mitos & Fakta Dapatkan Si Buyung atau Si Upik
Foto Fadoli Barbathully
Meski sulit dibuktikan secara ilmiah berdasarkan fakta, namun bukan berarti dunia medis tak bisa memberikan solusi atas kebutuhan dan harapan dari banyak pasangan. Menurut Prof. Ali, hal ini masih bisa ditempuh melalui cara medis dengan menjalani “cuci sperma”. Namun, untuk menjalaninya perlu terpenuhi beberapa hal:
Alasan Tepat
Jika pasangan sudah punya 2 atau 3 anak laki-laki atau perempuan saja, tetapi masih menginginkan hadirnya anak dengan jenis kelamin tertentu. Alasan ini dapat saja dikemukakan kepada dokter kandungan, untuk mendapatkan informasi dan pelayanan cuci sperma.
Faktor Biaya
Kualitas Sel Sperma & Sel Telur
Mendapatkan anak laki-laki atau perempuan bukan hanya masalah pemisahan sel sperma XX dan XY. Tapi juga soal persiapan sel telur yang akan dibuahi, berikut kondisi istri yang kondusif untuk terjadinya kehamilan. Sehingga, hasil pemisahan sel sperma yang ditanam secara pembuahan buatan tidak gagal untuk menghasilkan kehamilan.
Laili
Konon, banyak cara yang bisa dilakukan untuk menentukan jenis kelamin anak. Sayangnya, tak semua cara bisa berhasil sesuai harapn. Bagaimana faktanya?
Selama ini, banyak sekali mitos yang beredar tentang upaya mendapatkan anak laki-laki atau perempuan. Bahkan, beberapa dipercaya cukup ampuh dan bisa benar-benar berhasil mendatangkan jenis kelamin anak yang dikehendaki. Benarkah begitu?
Prof. Dr. dr. Med. Ali Baziad, Sp.OG (K), konsultan ginekologi obstetri dan endokrin reproduktif dari Brawijaya Women and Children Hospital Jakarta, mengatakan, jika memang kemudian jenis kelamin yang didapat sesuai dengan harapan, sebenarnya itu hanya faktor kebetulan saja.
Cuka vs Soda Kue
FAKTA: Vagina dalam kondisi alami memiliki pH yang rendah atau asam. Pada kondisi ini bakteri dapat berkembang baik dan menekan perkembangan bakteri patogen. Meski demikian, pada kondisi asam sel sperma tetap dapat berenang dengan baik untuk mencapai sel telur di dalam tuba. Jika suasana ini diubah dengan tujuan menyortir sel sperma XX atau XY, tetap tak bisa menjamin 100 persen akan tersortir sesuai keinginan pasangan.
Daging vs Sayur
FAKTA: Mitos ini, menurut Prof. Ali, tetap sulit dipertanggungjawabkan, karena tak ada penjelasan logis yang bisa menerangkan manfaat langsung dari mengonsumsi jenis makanan tadi. Jika dilakukan pun, tak menjamin harapan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu benar-benar akan terwujud. “Kalaupun ada yang berhasil, itu hanya faktor kebetulan saja.”
Posisi Bercinta
MITOS: Posisi “kneechest ” atau doggy style, di mana istri mengambil posisi bersujud dan suami mendekati dari belakang, dipercaya dapat menghasilkan anak laki-laki. Sedangkan posisi ‘missionaris ’ atau suami di atas dan istri di bawah dengan posisi berhadapan, dipercaya dapat menghasilkan anak perempuan.

FAKTA: Ali menegaskan, tidak ada literatur medis maupun seks yang mengatakan posisi bercinta mempengaruhi kemungkinan didapatnya bayi dengan jenis kelamin tertentu. Posisi seks merupakan variasi bercinta yang dapat dinikmati pasangan, bukan untuk menentukan jenis kelamin anak.
Jauh Dekat Ovulasi
FAKTA: Secara medis diketahui, pembuahan sel telur hanya bisa terjadi 2 kali 24 jam setelah ovulasi terjadi. Pada masa itu sel telur masih dalam kondisi baik untuk terjadinya pembuahan. Jika dalam masa itu tak terjadi pembuahan, sel telur akan gugur sehingga kehamilan tidak terjadi.
Orgasme & Ejakulasi
MITOS: Jika saat bercinta suami lebih dulu ejakulasi ketimbang istri mengalami orgasme, kemungkinan anak yang didapat laki-laki. Sedangkan jika istri orgasme lebih dulu atau bersamaan dengan suami ejakulasi, anak yang didapat perempuan.
FAKTA: Saat ejakulasi penis akan menyemprotkan berjuta-juta sel sperma ke dalam liang vagina. Dalam sekali ejakulasi terdapat banyak sel sperma XX dan XY yang berlomba menuju sel telur. Mana yang berhasil membuahi sel telur, itulah yang akan menjadikan anak laki-laki atau perempuan. Sehingga, dapat dikatakan kemungkinan terjadinya anak laki-laki atau perempuan tergantung pada sel sperma mana yang membuahi, bukan siapa yang lebih dulu ejakulasi atau orgasme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar